salam tazkir

" tidak ada yang bahaya bagi iman melainkan cinta kepada dunia dan tidak ada bahaya bagi hati melainkan tertarik kepada hiasan dunia. Maka, apabila hati telah hancur, apalagi yang akan dibanggakan oleh seseorang di hadapan Allah kelak?" -Imam Ahmad Bin Hanbal-

Saturday, November 29, 2014

Serikandi Harapan


Dalam resah dia melepas desah
Kerna tak terjangka olehnya
Seutas rantai bisa menjadi fitnah
Ke atas diri dan cintanya

Hampir dia goyah
Hampir día pasrah
Dalam rajuk seorang wanita suci
Yang sedikit tercalar harga dirinya dek khabar dusta menista tak kenal siapa
Nyata munafiq itu ada di mana-mana

Sabar si merah aisyah mengharungi liku-liku hidup
Menjadi isteri nabi pun bisa teruji dan diuji
Kita ini wanita biasa-biasa apatah lagi.

Sejarah sering berbicara
Akan serikandi Islam ini
wanita mulia paling banyak menghafaz dan memahami hadis,
masanya yang sering bersamaa dengan nabi,
Tidak disiakan dengan hanya menjadi pemerhati 


Bahkan wanita ini menjadi rujukan
Oleh para sahabat dan golongan perempuan
Pengetahuannya tentang agama bukan biasa-biasa,
Pun jua beliau dicoba uji

Kita ini,
Wanita biasa-biasa,
Yang mungkin matan arbain sahaja yang berlegar-legar di ingatan,
Ilmu yang ada pun cuma diperoleh dari kelas-kelas harian
Dan kurangnya bacaan luar sebagai tambahan, bahkan lain-lain pengetahuan, 
Bisa larikah kita dari duga dan cubaan..?
Bisa bersabarkah dengan fitnah dan ujian?
Bisa tegarkah kita menjawab segala persoalan dan tohmahan?

Usianya muda
Namun itu bukan alasan untuk beliau tidak layak menimba pengetahuan
Memperbaiki setiap kekurangan
Wanita itu tahu di mana duduk letaknya..
Tahu di mana posisinya.

Kita hari ini?
Masih mengkagumi artis-artis penuh lakonan,..?
Menatap lama majalah-majalah picisan..?
Bahkan lebih selesa bergosip hal kawan-kawan

Berbanding
Duduk semeja menyelak kitab-kitab tentang wanita
Bertukar pandangan tentang masa depan kita dan generasi yang bakal dilahirkan
Menghadiri kelas-kelas luar jamiah menambah ilmu yang terkurang

Ya,seakan mustahil kita mahu menjadi seperti saidatina 'aishah ummul mukminin itu
Tetapi tidak salah
Menjadikan beliau sebagai ibrah
Menelusuri kisah dan sejarah tentangnya
Buat kita para wanita bermuhasabah

Masa tak tinggal lama,
Usah berkata nanti kerna nantinya tidak pasti sampai bila
Esok 
atau mungkin
lusa dan lusa
Yang akhirnya tangguhan itu tidak menghasilkan apa-apa,
Lantas generasi kita terus menerus mengulangi kesilapan yang sama.

Mulailah dari sekarang
Bina cita-cita dan harapan
Bersama mempersiapkan diri
Agar nanti,kita-kitalah yang menjadi perawat dan penyelamat  ummah yang semakin jauh dengan Tuhan.


Kamar seni, Bayt Aflah, Mu'tah, Jordan,
-imtiyazi 1410-

271112

Monday, November 24, 2014

Rindu dan cinta yang membeku

Menterjemah rindu dalam rimbunan embun yang membeku
Tak mudah
Meluah lafaz dalam sebaris kata biasa
Atau menulis di helaian warkah terindah sekalipun
Pun tidak mudah
Maka wasilah lain perlu dicari
Agar mereka tahu
Rindu ini ada untuk mereka
Untuk ketemu
Untuk menyatu
Dalam dakapan cinta yang terungkap

Lalu di balik-balik tindakan,
Ada makna yang cuba ku selitkan
Ada maksud yang cuba ku ungkaikan
Meski seringnya, disalah tafsirkan

Tak mudah
Ya, ia tak mudah
Dalam perhubungan
Antara aku dan mereka
Sering lafaz dan bicara yang terzahir tampak lebih mengikat
Nyata persahabatan ini
Menjadi bukti tak semua kita sama

Akulah itu
Yang tak mudah
Mengungkap cinta dan rindu dalam bicara harian
Selesaku,
Menyebut nama-nama kalian
Dalam sunyi doaku pada Tuhan

Biar,
Biar aku tak mampu merungkai segala cinta dan rindu
Pada jarak-jarak yang memisahkan kita
Sering aku mengharap Tuhan,
Menjadi asbab terbesar
Untuk kalian tahu,
Aku mencintai kalian kerana DIA

Meski sakit kerna ia tak bisa diluahkan
Tetap aku tabahkan
Kerna aku tahu dan cukup sedar
Hakikat cinta dan rindu bukan semata pada lafaz dan ucapan

Tuhan,
Tuntunilah tiap tindakku dengan cinta
Pimpinilah bicaraku dengan kasih
Agar aku bisa,
Bisa,
Menyampaikan pada mereka cinta dan rinduku bahkan kasih sayangku
Meski dalam senyap tanpa suara dan tulisan.

-aura insani-

24 November 2014

Wednesday, October 8, 2014

Dilema II


Berada di jalan yang bengkang bengkok,
terasa jauh sekali perjalanan,
meski hakikatnya ia dekat

dan,
adakalanya jalannya lurus,
tapi tak sekata,
tapak kasut gak bisa menapak rata,
terasa perlahan sekali ayunan langkahnya

dan
jarang-jarang sekali,
ku temui jalan
rata tanahnya,
lurus alurnya,
tanpa lumpur yang mencemari sandal,
atau debu yang mengotori capal,
di sini

Hakikat sebuah kehidupan,
bisa kita pilih,
persoalan-persoalan yang kita temui sepanjang musafir di bumi Tuhan ini,
bisa kita selongkar langit dan buminya,
demi mencari sebuah jawapan

Adakalanya,
jawapan sudah tersedia
tetapi mata hati sengaja dibutakan
sibuk mencari yang jauh
yang tidak nampak
Lalu mengait-ngait alasan
untuk dijadikan persoalan terus tanpa jawapan

Pilih
ya pilih
Kita bisa memilih
untuk terus tidak tahu
atau berusaha untuk tahu
Kita bisa memilih
untuk terus beralasan
atau berusaha memanfaatkan peluang

Hidup ini adalah pilihan
Langit Tuhan lebih besar daripada duga dan uji yang menimpa kita,
Bahkan Penciptanya lebih besar lagi..!!

Perlukah kita terus mencipta halangan dalam meneruskan pengembaraan di bumi Tuhan ini..?
Kita punya pilihan..


-13 Zulhijjah 1435H-
Kamar seni,Bayt Aflah,
Mu'tah, Jordan.


Monday, October 6, 2014

Tinggalan

Pada semilir angin yang bertiup
merebak harum kental sebuah jiwa
meski dia sudah pergi
tinggalannya adalah jiwa-jiwa yang abadi
yang tak lekang dek panas
dan tak lapuk dek hujan
peribadi-peribadi yang terbentuk
penuh tunduk
dan sentiasa merasa sedar
di atas mereka, Tuhan segala
yang menanungi mereka, Tuhan semesta

Kerna itu,
tiap bedil peluru
tiap sasar roket musuh
tak sekuman pun, mereka gentar dan gemuruh!

Friday, September 5, 2014

di sebalik tabir wajah


belajarlah membaca
makna di balik tawa

belajarlah membaca
makna di balik senyuman yang terindah

juga belajarlah membaca
makna di balik tiap pemberontakan yang sering terserlah

kerna
tidak kita dilahirkan pada kondisi yang sama
jua tidak di tempat yang sama
bahkan masa pun nyata berbeda

kerna itu harus belajar membaca
agar saling mengerti
babak-babak kisah di balik punca
riangnya tawa
senyuman yang indah
dan di balik jiwa yang subversif

kerna meski banyak bedanya kita dengan yang lain,
kita masih memijak bumi
dan menopang langit yang sama.

-Aura Insani-
anjasah qharbiyyah, Mu'tah, Jordan
060914


Tuesday, September 2, 2014

Redah

Redah
sudah tidak jauh
jalan terus

sakit sisip tepi
lelah simpan rapi

pesan murobbi,
nanti, setelah manisnya kau kecapi
pahit sepanjang perjalanan ini akan hilang
percayalah..

kepala masih berdenyut
tak henti
langkah sudah lemah
tak gagah lagi berdiri

berhentilah
sekadar mengurang lelah
merawat sakit
kebah sahaja, jalan terus
redah
tanpa henti

Tuhan,
mohon terus dipimpin redah ini...

-aura insani-
28Ogos2014

Tuesday, August 19, 2014

Catatan Kembara II

Januari itu Di penghujungnya aku di situ Bumi eropah katanya
Bahan bacaan menjadi teman setia Sama ada duduk atau berdirinya mereka

Penghuni kota London itu,
Juga tidak kekok menghulur bantu saat kami buntu Tanpa perhubungan melalui telefon, ilham dan budi hati insan menjadi wasilah Tuhan untuk kami terus bergerak
Nyata dalam kesesakan hidup
kami banyak berhabis masa di taman - taman
Hyde park, Green park
bersama swan-swan yang sudi bermain riang dengan kami
di Kensington Gardens
juga hamparan hijau yang mendamaikan
di garisan masa Greenwich park

Rindu Pada tenang Pada indah lukisan alam
Gerimis seperti malu-malu menyapa, Bimbang kami kesejukan barangkali Sedang akhirnya, Stokin di kaki kuyup jua.

Britain masih sudi menyepi Malam tetap malam Jam 12, tiada tube yang berkhidmat Rehat Limit bukan cuma pada insan Bahkan enjin juga begitu Meski lewat malam kami pulang, Pun kerana bukan sengaja Biasanya jam 11 sudah menapak ke luar dari stesyen whitechapel menuju rumah tumpangan milik seorang doktor
Dingin malam seakan menggesa kami melajukan langkah pulang
Malaga menyambut kami dengan bayu laut Ada harum cabaran yang menyinggah di jiwa pengembara baru seperti kami Tanpa penguasaan spanish yang fasih Kami berkomunikasi bagai ayam dan itik Mencari sebotol air buat penghilang dahaga pun gagal
Kuasa Tuhan atas segala kuasa Dari Malaga kami bertamu di granada, Hanya warga tua yang sering kami temui Di jalanan bersama anjing jinak atau di bar-bar kecil Kewangan yang sempit hanya buat kami mampu mengintai-ngintai kesedihan sejarah andalusia Cordova menjamu kami dengan sebak yang berbuku-buku Gemilang yang telah hilang kemilaunya Dan aku bertanya pada diri, Aku bagaimana...??

Muda-mudi yang kami fikirkan telah hilang, Akhirnya kami temui di hujung spanyol, Berjiran dengan madrid, Ya,barcelona sesak dengan mereka
Sedang Bagi kami pengembara muda, Merasakan barca bukan untuk jiwa-jiwa seperti kami, Kosong, tiada makna Sekadar kemeriahan Bar-bar besar, bau tengik Najis anjing jinak dan minuman keras yang membanjiri setiap kedai yang kami lalui.
Fiumcino tidak sesukar yang disangka Kuala lumpur seakan membayangkan segalanya Penyeluk saku, Pengemis jalanan Bahkan Bangladesh yang pernah diimport negara pun penuh memenuhi kota roma
Dan gereja-gereja lama yang sudi menerima kami sebagai pelawat, Di situlah ada bicara di antara kami dan sang pendeta
Sedang, Lebih empat buah tempat ibadah Yahudi dan nasara telah kami lewati sebelum ini Yang bertamu cuma seram dan suram


Di akhir pengembaraan itu, Hipótesis ini berulang di mindaku Semakin banyak yang kita temui, semakin bercambah persoalan yang memerlukan jawapan..
Kembara ini harus diteruskan kah? Malaysian Hall di kota London menjadi singgahan akhir sebelum gatwick menghantar kami pulang ke Amman.
Terima kasih Tuhan atas catatan kembara ini
Aku ingin kembara lagi....

Catatan rindu
Mu'tah Jordan,
19 ogos 2014
aura insani.

Dengung

Dengung Senyapku meneliti Mahu tahu Dengung sekadar imaginasi Atau benar berbunyi Ya,Dengung bukan dari telinga, Tapi dari hati.



Anjasah gharbiyyah, Mu'tah,
-Aura insani- 180814 11.57 malam

Friday, August 15, 2014

jangan tunggu hanya saat dicoba!!

Memang itu yang dicita-citakannya sejak di usia 14 tahun. Sebab, dia seakan yakin bahawasanya dia tidak mampu untuk menghafaz keseluruh 30 Juz Al-quran di situ.

“Sesat di Kuala Lumpur” , seperti dialah yang dinyatakan di dalam lagu itu.
Targetnya di DQ nanti, dia mahu menghafaz Al-quran dan memahami keseluruhan tafsirannya. Dan tempoh tiga tahun itu telah tiga tahun pun berlalu.

Sewaktu teman-teman lain bergelak tawa gembira menerima tawaran dari uniersiti-universiti tempatan, dia masih setia menanti tawaran dari situ.

“Abidah, kau dapat USIM lah. Tamhidi syariah undang-undang,” dia tersenyum tawar.

Ya, dahulu, itulah yang dicita-citakannya.
Mahu jadi peguam. Lantaran melihat ketidak adilan dunia dalam menghukum. Dia dan keluarga antara mangsa kepada ketidak adilan itu. Sakit. Kau tahu sakit..??

Tapi, saat peluang sudah ada di depan mata, dia tidak menoleh walau sedikit.
Pilihan  yang bertukar itu akhirnya gagal dilaksanakan dengan sebaiknya. Tempoh tiga tahun seakan tidak cukup banginya mentadabbur keseluruhan kalamullah itu. Alasan bukan..??

Tidak, dia bukan gagal. Tetapi belum berjaya.
Semalam dia baru selesai mendudui peperiksaan tilawah 1 yang menuntut dia untuk mengingati semula juz 29 dan 30 dengan sebaik-baik hafazan.

Ya, sama sekali tidak sama keadaannya di DQ dulu dengan  saat itu.
Tempoh dua jam 20 minit dengan setiap orang dari empat pelajar yang disoal serentak, ditebuk setiap surah daripada kedua-dua juzuk itu.

Kalau dia yang graduan Darul Quran JAKIM itu pun merasa gabra dan cuak, yang selainnya itu pun ,’ah, dia tak tahu apa perasaan mereka apabila disoal bertubi-tubi sebegitu.

Surah Al-mulk. Di antara surah yang dirutini hampir setiap malam sejak usianya 15 tahun. Pasti sudah sangat melekat surah itu di ingatannya.

Tapi ia tetap suatu coba, apabila dia terlupa yang memiliki segela sesuatu yang dia ada dan punya itu,adalah Tuhan Rabbul ‘alamin.

Peristiwa malam sebelum pertandingan hafazan surah pilihan peringkat daerah sewaktu usianya 16 tahun, dengan sengaja dia tidak hadir ke musolla perempuan untuk membaca surah al-mulk bersama teman-teman asrama lain.

Dia lupa atau sebenarnya dia memang buat-buat lupa bahawasanya yang memberi dia ingatan itu adalah DIA bukan dia.

Keesokan harinya sewwaktu disoal oleh juri , semuanya dijawab dengan baik lancar, tetapi soalan terakhir, dia melencong jauh ke surah lain. Ya, surah almulk yang dirutininya setiap malam itulah yang teruji.

Tempat keempat yang diperolehinya itu, tidak membawa apa-apa erti melainkan sebuah penyesalan atas keangkuhan yang dia pamerkan pada Tuhan semalam.

Alhamdulillah, sewaktu disoal oleh pensyarah semalam akan surah al-mulk, pengalaman pahit itu tidak diulanginya. Cukuplah peristiwa lapan tahun lalu itu menjadi pedoman buatnya.

Sekarang dia sedang berfikir-fikir, apakah hafazannya itu hanya tinggal hafazan atau bagaimana mahu diaplikasikan dalam kehidupan..??

Ah, itu soalan tidak bijak sebenarnya. Sedang dia sudah mahu masuk tahun yang keempat di sini (Jordan), bukankah setiap subjek yang dipelajarinya disertakan dengan dalil-dalil..?

Atau sebenarnya, kau belajar kerana dicoba…??
Sekiranya kau tidak dicoba…??
Ah, masa terus berlalu, bakimu di sini hanya 10 bulan. Kau fikirlah sendiri..!!

Wednesday, May 14, 2014

Pesan Murobbi II


Aku pandang langit. Seakan melihat awan menjelir lidah padaku.

"Apa kau fikir kau seorang je ada murobbi..??" aku menghambur kata padanya.

Gila. Itu yang biasa akan orang bicarakan saat melihatku berbicara seorang diri. Tabiat. Kau ingat mudah nak ubah..??

Ah, kadang kalau terlalu memikir apa kata manusia padaku, memang tak maju aku melangkah. Segalanya serba tak kena.

Sudah masuk tahun ketiga aku di sini (baca: Mu'tah, Jordan). Ya, bahkan hanya tinggal beberapa bulan lagi aku akan menjengah tahun yang keempat.

Aku mula mencari murobbi sejak aku di kampus lama. Itupun fikirku tidak berapa serius. Pesan murobbi ku ambil sepi. Hingga aku tiba di sini.

Lima bulan yang pertama. Yang aku temui adalah KOSONG. Kau tahu kosong?
Sebab aku manusia yang tamak. Semua benda ingin aku cuba, tetapi malang, keyakinan diri yang sangat rendah membuatkan segala yang aku cuba, sekadar hangat-hangat tahi ayam.

Penghujung tahun kedua di sini, baru aku benar-benar sedar bahawasanya, cinta itu sangat menyakitkan.

Bila kita mulai suka dan berminat untuk istiqamah dalam sesuatu amalan kebaikan itu, kita akan teruji.

Sungguh.

Pertembungan dan pengorbanan. Itu antara yang paling kerap menguji.

Sehingga saat aku bertanyakan pada murobbi akan keadaan diriku yang serba kurang dan masih gagal menguruskan pertembungan, ringkas murobbiku menjawab,

"Itu bukan sifat anak panah ISLAM," terasa ditembak bertalu-talu pabila mendengar ayat itu. Hampir rebah.

Ya, aku belum layak menjadi anak panah ISLAM. Saat tenaga aku diperlukan, aku masih berfikir yang mana utama, dan yang mana kurang utama. Bukan seketika. Pernah sehingga berminggu-minggu.

Lantas segala kerja tertangguh dek memikir sebuah keutamaan.

"Apabila enti menghadapi pertembungan, enti perlu tahu, pasti ada yang perlu dikorbankan,".

Kaku. Bagaimana harus aku mengorbankan apa yang lebih aku sukai.

"Nah,lihat. Enti lebih mengutamakan minat enti berbanding perkara yang enti lebih utama untuk laksanakan dan dalam amsa yang sama enti tak berapa minat perkara tersebut, mahu jadi anak panah ISLAM kan?".

Sejak dari saat itu, tabiatku berbicara dengan langit, semakin menjadi-jadi. Kerna aku yakin, di balik sana, ada DIA yang sebenarnya berbicara denganku.

Ya, cinta adalah pengorbanan.

Apabila ada dua, atau tiga, bahkan empat atau lima pertembungan yang perlu aku urusi, sepatutnya di penghujung wakyu aku di sini, tidak perlu lagi aku pening kepala membuat pertimbangan.

Jika masih ragu-ragu, bagaimana ingin aku wakafkan diri untuk ISLAM...??

Ya Rabb,,, aku cuma hambaMU..

Sunday, May 11, 2014

Pesan dari jauh.

“umi, abah ada kat rumah?” .
Ya, aku bertanya kerana tidak pasti. Yang aku pasti,sekiranya abah ada di rumah pun, abah sedang bersiap-siap untuk mandi dan bersiap-siap untuk ke masjid atau surau untuk menyampaikan pengajian usai solat maghrib. Yelah, aku call waktu Malaysia dah nak senja.
Abah mandi sekitar 15-20 minit. Kerana itu aku bertanya dahulu pada ummi. Sejak dua minggu lepas terasa mahu bicara dengan abah. Meskipun abah jika aku menghubungi telefon bimbitnya, laju saja abah berkata,
“Nak cakap dengan ummi ye,kejap ye,.. awi…abidah ni,”.
Fuuh.. sedang aku belum menghabiskan sisa-sisa ayat.
Tahu-tahu telefon sudah bertukar tangan.

Abah..abah..
Kalau aku nak cakap dengan ummi ‘direct’, aku akan telefon nombor ummi,bukan nombor abah.
Abah tak rindu aku ke..??
Soalan bajet.
Aku tahu abah ego untuk menyatakan kerinduannya aku.
Oit, ayat bajeeett. Ha..ha..ha.
Bukan sekejap abah. Dah nak setahun abah tak tengok anak keempat dia ni.


Skype..?? Rumah kat Malaysia tu internetnya tak berapa nak gagah. Maka aku harus bersabar untuk masa yang berbaki lebih setahun ini menahan rindu untuk menatap wajah “mereka”.

Alhamdulillah. Akhirnya tengahari tadi, selepas aku gagal menghubungi nombor abah, aku cuba menghubungi abah menggunakan nombor umi.

Agak berjaya taktik itu. Abah yang baru nak masuk bilik air terpaksa juga jawab panggilan aku.

Ummi mesti pelik sebab aku tak sempat tanya khabar ummi. Tak, aku nak cepat sebenarnya. Sebab waktu tu aku dalam coaster (baca: bas pendek) nak ke jami’ah (baca: universiti).

Aku perlu bergegas ke kelas.
Tapi, takkanlah tak boleh beradab sket tanya khabar ummi dulu.
Aiseymen, yela..yela.. aku salah. ß memang rasa serba salah sebenarnya. T_T

Lepas aku tanya khabar abah, terus rasa nak nangis. ßasal lembik sangat minah ni..
Tak, aku sedih bila ingat tentang diri aku. Aku Tanya abah, "Abah, kalau seseorang tu dah berusaha untuk dapatkan yang terbaik dalam peperiksaan, tetapi markah dia masih ala kadar. Tak mumtaz juga. Macam mana tu abah..??”

Direct abah jawab,
“Kalau ‘abidah dah berusaha dan faham apa yang pensyarah ajar, tapi markah masih tak ok, kena redhala. Yang bagi berjaya tak berjaya tu Allah, usaha tu cuma wasilah,”.

Ok, ni memang saja tarik air mata aku keluar walaupun ayat abah ringkas ja.

Aku harus sedar, sebenarnya aku ni poyo je cakap pasal redha dan tawakkal. Tapi bila dapat result, muka macam apa je.

Weyh..weyh.. muka aku semacam tu sebab muhasabah eh.. <-- font=""> macam nak riak.

Bukan nak riak, dah suudzhon macam tu, aku cakaplah yang betul. <-- font="" nbsp="">ceh, padahal tak redha lepastu macam campur dengan muhasabah sket kan..

Erm..kot. <-- font="" nbsp="">bagus , akur.

Abah cakap dengan aku tak lama, sebab aku tahu, abah nak cepat, dan aku pun nak cepat.

Pasal ummi, kalian jangan risau, aku masih sedar siapa aku.
Habis kelas jam 3.15 petang, aku call ummi bersamaan waktu Malaysia 8.15 malam.

Ummi pesan,
1)      Istiqamah tahajjud dan solat hajat
2)      Banyakkan minta pada Allah, apa yang terbaik untuk kita. Sebab kita tak pernah tahu apa yang terbaik untuk diri sendiri.
3)      Rajin-rajin buat latihan sendiri
4)      Rajin-rajin study group
5)      Bahagi masa belajar dan berpersatuan dengan sebaiknya
6)      Tak perlu fikirkan sangat persepsi orang lain pada kita. Letak redha Allah sebagai tujuan utama.
7)      Dan lain-lain.

Umi memang banyak berteori. Sebab ummi bukan macam abah. Beza, beza sangat.
Abah belajar sampai master di England, degree di Riyadh.
Ummi..?? STPM ja. Suri rumah sepenuh masa plak tu. Tapi ummi, walaupun Cuma pandai berteori, dia cakap mesti sampai ke hati.
Dia nasihat aku sampai aku dah tak boleh nak kata apa dah, memang aku berkomunikasi dengan ummi guna air mata ja.
Itulah aura ummi.
Maka, aku simpulkan di sini, aku tak pernah merasa rugi call abah dan ummi lama-lama walaupun mahal dia cas.
Bukan selalu pun. Sebulan sekali dua ja. Lain-lain pengajaran, rujuk semula di atas. Aku dah pointkan.

Alhamdulillahhi ‘ala kulli hal. Terima kasih untuk segala suka dan duka yang Kau hadiahkan padaku.
Usah pernah lepaskan aku. Pandulah aku Tuhan sampai aku ketemuMu dengan sebaik-baik pengakhiran dan bekalan.


Aku Cuma ‘Abidah. Cuma seorang hamba.

pegang aku erat-erat Tuhan....

-Abid Imtiyaz,
110514
kamar hati,
[Bayt Aflah]

Saturday, May 10, 2014

Pesan Murobbi I



Aku yang lewat untuk menangkap.
Katanya, setiap ahli gerakan, perlu punya ikon.
Usai 15 minit, baru kefahaman itu DIA hadirkan.
Oh,idola maknanya.

Tujuannya, supaya riwayat hidup ikon tersebut, bisa jadi pedoman buat kita.
Saat kita naik. Juga saat kita merasa turun.
Ya, naik turun iman.

Sudah pasti ikon itu juga tidak lari dari ujian naik dan turun, naik dan turun.
Lalu aku pun berfikir-fikir, siapakah yang telah ku letakkan sebagai ikon itu?
Pasti rasulullah menjadi ikon yang utama. (itu jawapan biasa. Klise.)

Tapi,
Kau harus sedar sendiri.
Saat kau diuji, susah atau senang, dan membuat perbandingan di antara kau dan Rasulullah, pantas saja hatimu berbisik,  “ah, Rasulullah itu nabi. Maksum. Sedang aku..??”
Dan akhirnya ikon utama tak pantas kau praktikkan sirahnya dalam kehidupanmu.
Maaf, bukan kau. Tapi aku.

Sementelah seminggu dua ini, jiwa aku diuji dengan resah.
Bukan resah yang biasa-biasa.
Tapi resah yang telah menggangu keseluruhan kerja-kerja dan ibadah seharianku.
Kacau. Malah huru-hara jadinya.
Lebih seminggu. Ya, lebih seminggu kacau jiwaku.

Kau tahu? (aku bertanya kalian yang membaca)
Pasti saja tidak bukan.
Sebab segalanya nampak seperti biasa.
Tuhan sembunyikan dari kalian.
Supaya aku lebih ikhlas dalam mencari diri.

Tuntas, saat ini aku sedang menaip. Sedang bercerita di laman ini.
Bukan, aku bukan ingin meluah di sini.
Tetapi mahu kalian tahu, bahawasanya, tiada jiwa yang tidak diuji. Tiada hati yang tidak dicoba.
Cuma uji dan coba yang datang itu berbeda-beda keadaanya.

Maka, saat murobbiku meninggal pesan,
“kalian mesti punya ikon yang istiqamah di jalan ini hingga ke akhirnya. Kenali dalam-dalam siapa dia. Supaya nanti, saat kau merasa lelah, ia bisa menjadi wasilah,”.


Maka tanyakan semula pada diri, “siapakah ikon yang bisa kau teladani..??”.

Saturday, April 12, 2014

Tidakla ia gampang



Ia tak mudah.
Percayalah.

Meski bicara tentangnya tampak gampang, 
tapi saat merealisasikan, tak mudah.

ya, gak mudah.

Pokoknya, mahu atau tidak.

Atau terus mahu beralasan,
bahawasanya diri tidak mampu,
diri tidak kuat,
diri tidak gagah,
malas,
cuai,
dan lain-lain alasan yang bisa kita rekaciptakan.

Kepada yang telah berjaya,
sudi-sudilah menghulur tangan,
merangkul lengan,
berkongsi semangat yang Tuhan hadiahkan,
buat mereka yang sering tersungkur di tepian..

Kerna itu sabda nabi,
Almu'min kal bunyan,
Mukmin itu seperti satu bangunan.

Jika terus membata sendirian,
demi membina puncak, 
kita mungkin bisa,
dan yang lain,
kan terus keciciran..

dan ia adalah antara dua,tiga, dan seterusnya..

Mahu menjadi orang yang berjaya sendirian,
atau yang gagal dan tidak mahu bangkit-bangkit lagi,
atau berjaya bersama teman-teman,
atau diuji dan terus gagah mencuba...

Buatlah pilihan.
Meski ia tidak mudah seperti yang dinyatakan.

Namun,
ingatlah,
setiap kesusahan itu, ada kemudahan yang Tuhan ciptakan.

ان مع العسري يسرى

-Abid Imtiyaz-
Aflahians,
06 04 2014