Katanya,
setiap ahli gerakan, perlu punya ikon.
Usai 15
minit, baru kefahaman itu DIA hadirkan.
Oh,idola
maknanya.
Tujuannya,
supaya riwayat hidup ikon tersebut, bisa jadi pedoman buat kita.
Saat kita
naik. Juga saat kita merasa turun.
Ya, naik
turun iman.
Sudah pasti
ikon itu juga tidak lari dari ujian naik dan turun, naik dan turun.
Lalu aku
pun berfikir-fikir, siapakah yang telah ku letakkan sebagai ikon itu?
Pasti rasulullah
menjadi ikon yang utama. (itu jawapan biasa. Klise.)
Tapi,
Kau harus
sedar sendiri.
Saat kau
diuji, susah atau senang, dan membuat perbandingan di antara kau dan
Rasulullah, pantas saja hatimu berbisik,
“ah, Rasulullah itu nabi. Maksum. Sedang aku..??”
Dan
akhirnya ikon utama tak pantas kau praktikkan sirahnya dalam kehidupanmu.
Maaf, bukan
kau. Tapi aku.
Sementelah seminggu
dua ini, jiwa aku diuji dengan resah.
Bukan resah
yang biasa-biasa.
Tapi resah
yang telah menggangu keseluruhan kerja-kerja dan ibadah seharianku.
Kacau. Malah huru-hara jadinya.
Kacau. Malah huru-hara jadinya.
Lebih seminggu.
Ya, lebih seminggu kacau jiwaku.
Kau tahu?
(aku bertanya kalian yang membaca)
Pasti saja
tidak bukan.
Sebab segalanya
nampak seperti biasa.
Tuhan sembunyikan
dari kalian.
Supaya aku
lebih ikhlas dalam mencari diri.
Tuntas,
saat ini aku sedang menaip. Sedang bercerita di laman ini.
Bukan, aku
bukan ingin meluah di sini.
Tetapi mahu
kalian tahu, bahawasanya, tiada jiwa yang tidak diuji. Tiada hati yang tidak
dicoba.
Cuma uji
dan coba yang datang itu berbeda-beda keadaanya.
Maka, saat
murobbiku meninggal pesan,
“kalian
mesti punya ikon yang istiqamah di jalan ini hingga ke akhirnya. Kenali dalam-dalam
siapa dia. Supaya nanti, saat kau merasa lelah, ia bisa menjadi wasilah,”.
Maka tanyakan
semula pada diri, “siapakah ikon yang bisa kau teladani..??”.
No comments:
Post a Comment